Acap kali kita mendengar ungkapan “Menjadi tua itu adalah pasti hukumnya, namun menjadi dewasa adalah suatu pilihan sifatnya”. Ya! Tepat sekali ungkapan ini. Seorang dengan usia 20, 30, atau bahkan 50 tahunan yang kita anggap tua, ternyata banyak yang belum dapat bersikap dewasa. Padahal usia semakin tahun semakin berkurang, namun jalan fikiran untuk memperbaiki kehidupan ini ternyata belum cukup berkembang.
Sehingga, tidak perlu menunggu tua untuk menjadi dewasa. Karena kedewasaan tidak selalu beriringan dengan berkurangnya usia. Lalu sebenarnya, apa sih makna dewasa? Secara umum, seorang dapat dikatakan dewasa apabila ia telah mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jelek (atau benar salahnya sesuatu).Satu hal yang menarik bagi saya adalah sifat-sifat muda mereka sebagain masih ada. Namun kesemuanya ternyata telah menjadi dewasa (mature). Yang saya maksud menjadi dewasa adalah menjadi lebih bijak dan menjadi lebih baik. Kebayang dulu mereka bandel-bandel. Sekarang mereka sudah tidak nakal lagi. Ada yang dulu sering bolos sekolah atau berantem sekarang sudah menjadi ustadz yang sangat sabar dan alim.
Setiap orang pasti akan mengalami yang namanya masa dewasa. Menjadi dewasa tidak seperti yang saya pikirkan dulu. Saya selalu ingin cepat dewasa, setidaknya dengan menjadi dewasa, saya dapat diperhitungkan, saya dapat mengurus diri saya tanpa diatur oleh orang lain, saya bisa tinggal sendiri, dan yang lebih pastinya saya dapat berpacaran tanpa backstreet, hehe. Tapi ternyata menjadi dewasa tidak segampang itu.
Banyak tugas yang datang terus menerus, dan mau tidak mau kita sendirilah yang harus menyelesaikannya, biasanya sih dulu minta bantuan orang lain. Masalah selalu saja datang pada orang dewasa, dandan yang tidak modis saja sudah menjadi masalah bagi orang dewasa. Tidak punya pacar juga menjadi masalah bagi orang dewasa. Hal-hal kecil lainnya juga menjadi masalah bai orang dewasa, dan entah kenapa hal itu harus dipikirkan.
Terlalu banyak beban yang dipirkan orang dewasa. Masa depan adalah beban terberat yang dipirkan oleh orang dewasa. Dulu dengan gampangnya saya menyebutkan mau jadi ini, mau jadi itu, ternyata dalam pelaksanaannya tidak segampang itu. Sampai akhirnya saya kebingungan mau jadi apa. Dengan banyak beban yang dipikul, akan menimbulkan tanggung jawab yang semakin besar pula. Menjadi seorang dewasa berarti mampu berdiri dengan kaki sendiri. Kita tidak bisa memberikan tanggung jawab kita kepada orang lain. Semua harus dikerjakan dengan tangan sendiri.
Parahnya, saat tanggung jawab tersebut menyangkut banyak orang. Harus mampu menjadi dewasa di antara orang-orang dewasa lainnya. Banyak konflik yang akan terjadi saat orang dewasa mulai bekerja bersama. Semua ingin menjadi orang dewasa yang sok tau. Semua saling berebut posisi, saling mempertahankan ide-ide nya tanpa mendengar orang lain. Orang dewasa mulai berpikir untuk keuntungan diri sendiri tanpa peduli dengan rekannya yang lain.
Kebutuhan orang dewasa pun selalu bertambah banyak. Dulu jika mengingikan sesuatu, dengan mudahnya saya minta ke orang tua, kecuali handphone yang saat itu saya beli dengan tabungan sendiri. Tapi sekarang, kalau minta uang dari orang tua, rada malu juga. Paadaha kebutuhan saya banyak, entah ini disebut kebutuhan atau memang pada umumnya orang dewasa banyak kebutuhan. Saya mulai mengumpulkan uang untuk memenuhi apa yang saya inginkan, dan ternyata itu juga menjadi beban bagi saya. Apalagi saat uang yang saya kumpulkan tidak cukup untuk membeli sesuatu. Saya belum terbiasa untuk menjadi seorang dewasa. Dengan masalah yang banyak, beban yang banyak, dan tanggung jawab, saya akhirnya sadar bahwa saya sudah dewasa. Mengeluh bukan jalan yang terbaik, tapi mengadapi adalah suatu jalan yang dapat membuat saya benar-benar menjadi dewasa. Intinya, menjadi dewasa berarti kita harus mampu berdiri dengan kaki sendiri.
ARTIKEL INI PENULIS KUTIP DARI FACEBOOK TEMAN SAYA FERYANTO HARAHAP, kepada teman saya Fery terima kasih. Sungguh artikel ini sangat memberikan motifasi dan pembelajaran bagi setiap yang membacanya.
Zona Ngombrol
Click here for Myspace Layouts
heri kurnianto. Diberdayakan oleh Blogger.