Tanaman seperti halnya mahluk hidup memerlukan makanan/hara untuk hidup dan berkembang biak. Tanaman memperoleh makanan terutama dari cadangan mineral yang ada di dalam tanah yang terkandung dalam bahan organik
Bunga Edelweiss (Leontopodium alpinum) adalah salah satu yang terkenal di Eropa, bunga ini merupakan bunga gunung terbaik yang dimiliki oleh keluarga bunga matahari (Asteraceae). Nama Edelweis berasal dari Jerman, yaitu Edel (berarti mulia) dan Weiss (artinya putih). Sedangkan nama ilmiahnya, yaitu Leontopodium berarti "kaki singa", yang berasal dari kata Yunani leon (singa) dan podion (mungil Pous, kaki).
Daerah Persebaran Gografi
Bunga Edelweiss merupakan tanaman alpine dan abadi yang asli Alpen Jerman, Swiss, Austria, Italia, dan Perancis. Bunga Edelweiss cukup langka di alam liar dan, di banyak daerah, yang dianggap terancam di beberapa negara.. Bunga-bunga yang terkenal, subyek lagu dan legenda, tumbuh secara alami di tebing berbatu di Pegunungan Alpen dan yang terbaik dibudidayakan di taman batu yang meniru habitat alami mereka..
Bunga edelweiss yang menyukai sinar matahari penuh ini dalam ukuran dewasa dapat mencapai 8 meter tingginya, tapi pada umumnya hanya mencapai tinggi kurang dari satu meter.
Daun dan bunganya ditutupi bulu-bulu putih seperti wool, untuk daun berbentu tombak. Tangkai bunga edelweiss dapat tumbuh dari ukuran 3-20 cm menjadi 40 cm. Masing-masing bunga terdiri dari 5-6 kepala bunga kuning kecil (5mm), dikelilingi oleh daun-daun muda menjadi bentuk bintang. Bunga ini akan berkembang antara bulan Juli-September. Tumbuhan ini penyebarannya bervariasi, akan tetapi lebih sering dijumpai di daerah berbatu dengan ketinggian 2000-2900 m.
Tumbuhan ini tidak beracun, bahkan sering dipakai dalam pengobatan tradional untuk mengobati perut dan pernafasan. Bulu-bulu tebal yang muncul merupakan adaptasi dari ketinggian tempat, dan melindungi tumbuhan dari dingin, kering, dan dari radiasi UV. Karena tumbuhan ini tumbuh di daerah yang sulit dijangkau, maka di beberapa Negara bagian alpen, tumbuhan ini dihubungkan dengan pendakian gunung.
Bunga edelweiss umumnya terlihat antara bulan April – Agustus, dimana pada sekitar akhir Juli – Agustus merupakan fase mekar terbaiknya.
Arti Nama
"Edelweiss" berasal dari dua kata Jerman. "Edel" berarti "bangsawan" dan "Weiss" adalah kata Jerman untuk "putih.". Arti nama ini kemungkinan apa yang memunculkan makna tradisional edelweiss 'dalam Bahasa Bunga. Bunga-bunga putih kecil merupakan keberanian berani atau mulia. Hubungan dengan keberanian juga mungkin harus dilakukan dengan fakta bahwa edelweiss memperoleh dari tebing gunung untuk sebuah karangan bunga mengambil keterampilan dan keberanian pada bagian dari pengumpul bunga.
Habitat Tumbuh
Edelweis (Anaphalis javanica) merupakan bunga yang hanya tumbuh pada ketinggian 2000-3000 Mdpl dengan cahaya matahari penuh. Bunga ini pulalah yang menjadi kebanggaan para pendaki gunung untuk membawanya bila pendakian berhasil. Dan edelweiss adalah symbol juara atau dijadikan trofi. Tapi karena alasan konservasi beberapa kali pendakian kami tidak lagi mengambil bunga yang satu ini.
Bunga edelweiss merupakan spesies tanaman berbunga endemic. Di Indonesia banyak ditemukan di daerah pegunungan di Jawa, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Lombok.
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan dan lebah terlihat mengunjunginya.
Khasiat/ Manfaat Tanaman
Tumbuhan ini tidak beracun, bahkan sering dipakai dalam pengobatan tradional untuk mengobati perut dan pernafasan
Infus Edelweiss secara tradisional telah digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit termasuk difteri dan tuberculosis. Ekstrak dan bagian tanaman kering telah digunakan dalam sabun dan anti-penuaan krim kulit. Bagian tanaman mungkin telah digunakan historis untuk menangkal kejahatan dan mendorong cinta. Edelweiss juga telah digunakan untuk bir rasa dan anggur.
Bagaimana Edelweiss Tumbuh
Bunga Edelweiss cukup langka di alam liar dan, di banyak daerah, yang dianggap terancam di beberapa negara.. Bunga-bunga yang terkenal, subyek lagu dan legenda, tumbuh secara alami di tebing berbatu di Pegunungan Alpen dan yang terbaik dibudidayakan di taman batu yang meniru habitat alami mereka.. Tumbuh di naungan parsial, tanaman ini akan mengembangkan bunga wol yang indah, dengan sebuah cincin daun putih keperakan di sekitar mereka, terlihat agak mirip kepingan salju besar.. bunga Edelweiss yang cukup mudah untuk menyebarkan dari biji dan cukup kuat jika tumbuh dalam kondisi yang sesuai untuk mereka.
Jika tumbuh di luar ruangan Edelweiss dari benih kemudian menabur benih Edelweiss di permukaan.. Hal ini harus dilakukan pada musim semi sebelum embun beku terakhir.. Edelweiss suka tumbuh di bagian teduh dari sebagian taman batu di tanah yang gembur berpasir yang dekat dengan netral (pH 6,5-7,5).
Jika Anda berencana untuk pertama tumbuh dalam ruangan Edelweiss maka proses harus mulai sekitar dua bulan sebelum mereka dijadwalkan akan dipindahkan ke kebun setelah beku terakhir dari musim semi. Benih harus menyerap dengan menempatkan biji (dalam tanah) dalam kantong plastik hitam, kemudian menempatkan dalam kulkas selama tiga minggu. Biji kemudian harus ditanam keluar pada suhu 12 derajat Celsius, mereka biasanya perlu waktu sekitar dua sampai enam minggu untuk berkecambah.. Setelah didirikan mereka harus mengeluarkan terpisah 10cm (kecil Leontopodium jenis) untuk 30cm terpisah (besar Leontopodium varietas).
Panduan Budidaya Bunga Edelweiss
1.Bersiap untuk tumbuh kembang Edelweiss harus dimulai dengan tanah yang tepat dan kondisi. Seperti bunga-bunga ini tumbuh secara alami di pegunungan kapur, tanaman Edelweiss tumbuh di tanah yang gembur yang kaya akan kapur. Tanah yang terlalu berat atau keras akan tersedak sistem, akar rambut halus seperti tanaman. Mencampur media tanam yang menggabungkan satu bagian kapur dengan dua bagian pasir sebagai dasar, kemudian menambahkan beberapa lumut gambut dan kotoran sapi membuat fondasi yang ideal untuk Edelweiss bunga untuk berkembang.
2.Menabur benih untuk bunga Anda luar Edelweiss harus dilakukan pada awal musim semi, sebelum embun beku terakhir, sebagai periode dingin adalah diperlukan untuk benih berkecambah. Benih kecil harus ditaburkan di permukaan tanah.
3.Memulai proses sebelumnya. Mulai Edelweiss bunga di dalam, kira-kira delapan minggu sebelum mereka akan dipindahkan ke kebun Anda, yang akan dilakukan setelah embun beku terakhir dari musim semi. Menyemai benih dalam ruangan Edelweiss membutuhkan penghisapan bibit yang diperlukan untuk memberikan suhu dingin benih perlu tumbuh. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan bibit dan beberapa campuran tanah Anda dalam kantong plastik hitam dan pendingin selama tiga minggu. bibit Anda kemudian dapat ditabur dalam pot dengan memercikkan mereka di atas tanah.. Perkecambahan umumnya mengambil antara dua dan enam minggu.
4.Jauhkan lembab. Apakah menabur dalam ruangan atau di luar, benih harus tetap lembab, tetapi tidak basah, untuk berkecambah. Penyiraman benih kecil ini harus dilakukan sangat hati-hati untuk menghindari mencuci mereka pergi. Untuk bibit ditanam di kebun, kabut sangat halus air dapat digunakan. Benih mulai dapat disimpan dalam ruangan lembab dengan menempatkan pot di nampan air dan mencakup baik baki dan pot dengan tutup yang jelas. Harus ada beberapa lubang kecil pada tutupnya untuk memungkinkan sirkulasi udara.
5.Mekar tidak mungkin terjadi pada musim pertama Anda Edelweiss tanaman yang ditanam, tapi tanaman yang sehat harus menghasilkan bunga yang indah Edelweiss oleh musim kedua. Mensimulasikan kondisi alam di mana Edelweiss tumbuh semaksimal mungkin akan membantu memastikan bahwa mereka yang mekar indah. Misalnya, jika daerah anda tidak mendapatkan salju di musim dingin, mulsa tanaman Anda di musim gugur bisa meniru penutup salju yang akan melindungi Edelweiss di lingkungan alam.. Pastikan untuk menghapus mulsa pada awal musim semi.
6.Mempropagandakan Edelweiss bunga oleh pemisahan dapat dilakukan setiap dua sampai tiga tahun sekali tanaman telah menjadi didirikan di kebun Anda. Sejak Edelweiss tanaman memiliki umur agak pendek, memisahkan mereka dengan cara ini diperlukan untuk mencegah bunga-bunga indah dari mati setelah beberapa tahun.
Beberapa Keistimewaan Bunga Edelweiss
1.Sebagai bunga abadi à Edelweis disebut bunga abadi karena bunga ini kelihatannya tidak akan pernah layu tetapi langsung mengering tanpa berubah bentuk dan penampilannya. Bunga ini jualah bagi para pengagum cinta digunakan sebagai symbol dan keabadian cinta. Bunga abadi ini, untuk gunung-gunung di Indonesia biasanya hanya bisa dinikmati keindahannya pada bulan Maret hingga Agustus Karena untuk mekarnya bunga ini memerlukan cahaya matahari.
2.Sebagai symbol keberanian à Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan bunga ini diperlukan pengorbanan yang besar. Dikarenakan habitat pertumbuhannya di daerah pegunungan.
3.Edelweis disebut bunga abadi à karena bunga ini kelihatannya tidak akan pernah layu tetapi langsung mengering tanpa berubah bentuk dan penampilannya.
Kesimpulan
Tanaman edelweiss termasuk kepada tanaman langkah pada katagori Jarang (rere), yaitu jenis tanaman yang populsinya besar tapi hanya terdapat sera lokal di suatu daerah saja, atau daerah penyebarannya luas tapi sudah jarang dijumapi karena mengalami erosi yang berat.
Patah Tulang (Eupharbia tirucalli L.) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika tropis ini menyukai tempat terbuka yang terkena cahaya matahari langsung.
Di Indonesia ditanam sebagai tanaman pagar, tanaman hias di pot, atau tumbuh liar dan dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 600 m dpl.
Beberapa nama lain ataupun nama daerah dari tanaman patah tulang adalah Susuru (Sunda), kayu urip, pacing tawa, tikel balung (Jawa),; Kayu jaliso, kayu leso, kayu langtolangan, kayu tabar (Madura); Patah tulang (Sumatera), kayu potong (Kangean).
Adapun Klasifikasi dari tanaman patah tulang adalah sebagai berikut :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Eupharbia
Spesies :Eupharbia tirucalli L.
B.DESKRIPSI TANAMAN
Perdu, tumbuh tegak, tinggi 2-6 m, pangkal berkayu, banyak bercabang, bergetah seperti susu yang beracun. Tangkainya setelah tumbuh sekitar 1 jengkal akan segera bercabang dua yang letaknya melintang, demikian seterusnya sehingga tampak seperti percabangan yang terpatah-patah.
Patah tulang mempunyai ranting bulat silindris berbentuk pensil, beralur halus membujur, warnanya hijau. Daunnya jarang, terdapat pada ujung ranting yang masih muda, kecil-kecil, bentuknya lanset, panjang 7-25 mm, cepat rontok.
Bunga terdapat diujung batang, berupa bunga majemuk yang tersusun seperti mangkok, warnanya kuning kehijauan. Buahnya bila masak akan pecah dan melemparkan biji-bijinya. Selain digunakan sebagai tanaman obat, diketahui juga cabang dan ranting yang telah dikeringkan bila dibakar dapat mengusir nyamuk.
C.KANDUNGAN DAN MANFAAT
a. Kandungan
Getah dari tanaman patah tulang mengandung senyawa euphorbone, taraksasterol, alfa-laktucerol, euphol, senyawa damar yang menyebabkan rasa tajam ataupun kerusakan pada selaput lendir, kautschuk (zat karet) dan zat pahit. Bau tanaman ini lemah dengan rasa mula-mula tawar namun kelamaan akan menimbulkan rasa tebal di lidah. Sementara getahnya beracun (toksik).
b. Manfaat
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah akar, batang kayu, ranting, dan getahnya.
Indikasi
Akar dan ranting digunakan untuk :
1. nyeri lambung (gastristis),
2. tukak rongga hidung,
3. rematik, tulang terasa sakit,
4. nyeri saraf,
5. Wasir, dan
6. sifillis
Batang kayu digunakan untuk :
1. sakit kulit
2. kusta (Morbus Hanses), dan
3. kaki dan tangan baal
Cara Pakai
Giling akar dan ranting patah tulang yang telah dikeringkan sampai halus menjadi bubuk. Campur dengan lontong beras sampai merata, lalu buat pil kecil-kecil sebesar telur cecak. Jemur sampai kering supaya bisa disimpan. Dimakan jika perlu.
Pemakaian luar digunakan dengan cara sebagai berikut. Tumbuk herba segar sampai halus, lalu turapkan ke tempat yang sakit, seperti bisul, kurap, terkilir, tulang patah, rematik, tahi lalat membesar dan gatal, cacar ular (herpes zooster), borok atau ulkus duri atau tulang ikan. Atau, bisa juga herba segar ditumbuk halus, lalu campur dengan susu untuk penyakit kulit, seperti gatal-gatal, kurap, tumor, kutil, dan kapalan (clavus)
Catatan
Hati-hati mematahkan dahan patah tulang agar getah tidak mengenai mata. Jika getah memerciki mata, cepat bilas dengan air kelapa atau santan. Getah bisa menyebabkan mata menjadi buta.
A.SEJARAH SINGKAT DAN CENTRA PRODUKSI TANAMAN PISANG
Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan asia tenggara, termasuk Indonesia. Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan, dan Amerika Tengah. Penyebaran tanaman ini selanjutnya hampir merata keseluruh dunia, yakni meliputi daerah tropis dan subtropis, dimulai dari Asia Tenggara ke timur melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat melalui Samudra Atlantik, Kepulauan Kanari, sampai Benua Amerika.
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon. Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupun demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997 adalah ke Cina.
B.JENIS TANAMAN
Berdasarkan Taksonominya, tanaman pisang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa Spp
Jenis pisang dibagi menjadi tiga:
1.Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
2.Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
3.Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk.
4.Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).
C.MANFAAT TANAMAN
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara radisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.
D.MORFOLOGI TANAMAN PISANG
Akar
Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akat tunggang yang berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. Sedang akar yang berada di bagian samping umbi batang tumbuh kesamping atau mendatar. Dalam perkembangannya, akar samping bisa mencapai ukuran 4-5 m.
Batang
Batang pisang sebenarnya terletak di dalam tanah, yakni berupa umbi batang. Di bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung). Sedangkan yang berdiri tegak di atas tanah dan sering dianggap sebagai batang merupakan batang semu. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling menutupi dengan kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak layaknya batang tanaman. Oleh karena itu, batang semu kerap dianggap batang tanaman pisang yang sesungguhnya. Tinggi batang semu ini berkisar 3,5-7,5 m, tergantung dari jenisnya.
Daun
Helai daun pisang berbentuk lanset memanjang yang letaknya tersebar dengan bagian bawah daun tampak berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30-40 cm. Oleh karena tidak memiliki tulang-tulang pada bagian tepinya, daun pisang mudah sekali terkoyak oleh hembusan angin yang kencang.
Bunga
Bunga pisang disebut juga jantung pisang karena bentuknya menyerupai jantung. Bunga pisang tergolong berkelamin satu, yakni berumah satu dalam satu tandan. Daun penumpu bunga biasanya berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun pelindung yang berwarna merah tua, berlilin, dan mudah rontok berukuran panjang 10-25 cm. Bunga tersebut tersusun dalam dua baris melintang, yakni bunga betina berada di bawah bunga jantan (jika ada). Lima daun tenda bunga melekat sampai tinggi dengan panjang 6-7 cm. Benang sari yang berjumlah lima buah pada bunga betina terbentuk tidak sempurna. Pada bunga betina terdapat bakal buah yang berbentuk persegi, sedangkan pada bunga jantan tidak terdapat bakal buah.
Buah
Biasanya, setelah bunga keluar, akan terbentuk satu kesatuan bakal buah yang disebut sebagai sisir. Sisir pertama yang terbentuk akan terus memanjang membentuk sisir kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kondisi ini, sebaiknya jantung pisang dipotong karena sudah tidak bisa menghasilkan sisir lagi.
E.SYARAT TUMBUH
Iklim
1.Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan.
2.Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3.Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.
Media Tanam
1.Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. dengan pH antara 4,5-7,5. Oleh karena itu, tak heran bila tanaman pisang yang tumbuh di daerah dengan tanah berkapur pertumbuhannya akan sangat baik, seperti di Pulau Madura yang banyak memiliki bukit-bukit kapur.Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
2.Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 - 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl.
Bila dikaitkan dengan syarat tumbuh pisang, faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tandan buah pisang antara lain sebagai berikut :
a.Kondisi Tanah
Tanah yang subur tentu saja akan berpengaruh baik terhadap besar dan panjang tandan. Sebaliknya, tanah yang tidak subur akan mengakibatkan tandan pisang kecil dan pendek.
b.Iklim
Bila bunga keluar saat musim hujan, tandan akan lebih besar dan panjang dibandingkan pada musim kemarau.
c.Jenis Pisang
Masing-masing jenis pisang memiliki sifat yang berbeda. Ada yang bertandan panjang, ada juga yang bertandan pendek.
d.Kecepatan Tumbuh Tanaman
Pisang yang pada waktu mudanya tumbuh dan berkembang dengan baik biasanya akan menghasilkan tandan yang lebih baik dibandingkan tanaman pisang yang saat mudanya berukuran kerdil.
F.PEDOMAN BUDI DAYA PISANG
Pemilihan Dan Penyediaan Bibit
1.Bibit Anakan
Tanaman pisang biasanya selalu diperbanyak secara vegetatif, yakni dengan menggunakan anakan (sucker) yang tumbuh dari bonggolnya. Terdapat empat jenis anakan pisang, yakni sebagai berikut :
A.Bibit rebung berupa tunas yang belum berdaun sehingga menyerupai rebung. Bibit dengan tinggi antara 20-40 cm ini disebut juga tunas anakan.
B.Bibit anakan berupa tunas yang daunnya telah keluar, tetapi masih menggulung sehingga berbentuk seperti pedang dengan tinggi antara 41-100 cm.
C.Bibit anakan sedang dengan tinggi antara 101-150 cm.
D.Bibit anakan dewasa berupa tunas yang berdaun mekar lebih dari dua helai. Tingginya antara 151-175 cm.
Diantara bibit anakan, bibit anakan dewasa cendrung paling cepat menghasilkan buah, diikuti bibit anakan sedang, anakan muda, dan anakan tunas. Bibit anakan tunas jarang digunakan sebagai bibit karena pertumbuhannya lambat serta rentan terhadap kekeringan dan ulat penggerek batang pisang. Bibit anakan muda yang berdaun lebar sebaiknya juga tidak digunakan sebagai bibit.
Bibit pisang hendaknya dipilih dari rumpun yang baik dan sehat. Anakan tersebut dibongkar dengan menggunakan cangkul atau linggis, kemudian akar dan daunnya dibung. Ketika membongkar, usahakan agar pohon induk tidak rusak. Anakan yang baik adalah pada bonggolnya tidak terdapat bercak cokelat, hitam, atau lubang bekas serangan hama. Bercak cokelat atau hitam menandakan bahwa tanaman telah terserang penyakit. Setelah diberi perlakuan air panas, anakan yang dijadikan bibit sebaiknya dibiarkan selama 1-2 hari di tempat yang teduh dan lembab.
2.Bibit Bit
Selain dari anakan pisang, bibit juga bisa diperoleh dari belahan bonggol tanaman pisang. Belahan bonggol ini kemudian disebut bit. Terdapat beberapa keuntungan melakukan pembibitan menggunakan bonggol, antara lain :
A.Dalam waktu singkat bisa didapatkan bibit yang seragam dalam jumlah banyak sehingga cocok untuk gerakan penghijauan atau perluasan areal baru.
B.Mudah dalam pengiriman dan biayanya cenderung lebih murah.
C.Umur panennya lebih pendek dibandingkan cara pembibitan lainnya dan produksinya lebih tinggi.
D.Dapat memanfaatkan bonggol sisa tebangan.
Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam sebaiknya dilaksanakan sekitar 1-3 bulan sebelum tanam. Waktu penanaman yang baik adalah pada awal musim penghujan, yakni sekitar bulan November sampai Desember. Dengan demikian pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan pada bulan Agustus sampai September. Ukuran lubang tanam yang ideal untuk penanaman pisang adalah 60 x 60 x 50 cm3 untuk tanah yang subur, atau 80 x 80 x 50 cm3 untuk tanah yang kuran subur. Jarak tanamnya adalah 6 x 6 m2 untuk pisang bertajuk lebar, 5 x 5 m2 untuk pisang bertajuk sedang, dan 4 x 4 m2 untuk pisang bertajuk sempit.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan lubang tanam adalah penempatan tanah galiannya. Separuh tanah galian pada bagian atas diletakkan di sebelah kanan lubang dan sisa galian pada tanah bagian bawah diletakkan di sebelah kiri. Tujuannya adalah agar antara tanah lapisan bawah (subsoil) tidak tercampur dengan tanah lapisan atas (topsoil).
Penanaman
Sebulan sebelum penanaman, tanah galian sebaiknya dikembalikan. Tanah bagian bawah (sebelah kiri) dimasukkan terlebih dahulu, kemudian tanah bagian atas dicampur dengan 8-10 kg pupuk kandang untuk lubang tanam berukuran 60 x 60 x 50 cm3 dan 13-15 kg untuk tanam berukuran 80 x 80 x 50 cm3. selanjutnya, lubang tanam dibiarkan selama sebulan, baru kemudian ditanami bibit pisang.
Cara menempatkan / menancapkan bibit sebagai berikut :
A.Lubang tanam yang tanah galiannya sudah dikembalikan dikuak menggunakan cangkul dengan kedalaman 25 cm, tergantung besar kecilnya bonggol yang ditanam.
B.Tempatkan bibit pisang pada kuakan tersebut dengan memperhatikan kedalaman tanam. Usahakan agar bonggol pisang tertanam penuh, kira-kira 5 cm di bawah permukaan datar.
C.Bila kondisi tanah kering, siram dengan air secukupnya.
D.Padatkan tanah sekeliling pohon itu dengan cara diinjak-injak.
Penyiangan Dan Penggemburan Tanah
Sebelum ditanami pisang, tanah di sekitar pohon pisang harus telah dibersihkan dari rumput pengganggu atau gulma dan digemburkan dengan menggunakan cangkul kecil (koref). Penggemburan tanah tidak boleh terlalu dalam mengingat perakaran pisang yang dangkal. Pekerjaan ini dilakukan sesuai kondisi kebun. Kebun yang banyak sekali ditumbuhi gulma harus sering disiangi, idealnya sekitar 3-4 kali setahun. Bila gulma tidak terlalu banyak, yang diperlukan hanya penggembuaran tanah agar perakaran dan bonggol pisang bisa berkembang dengan baik. Penyiangan bagi tanah bukaan baru yang masih banyak ditumbuhi alang-alang atau rumput liar juga dapat menggunakan herbisida.
Pembumbunan dan Pemupukan
Pembumbunan perlu dilaksanakan bila umbi pisang telah muncul kepermukaan tanah. Demikian juga ketika tanaman pisang telah menghasilkan rumpun atau telah beranak. Hal ini dimaksudkan perakaran bisa berkembang lebih baik sekaligus memperkuat pertumbuhan tanaman pisang. Sementara pemupukan mutlak diberikan untuk menyuburkan tanaman agar lebih produktif. Pupuk yang diberikan meliputi nitrogen, fosfor, dan kalium. Unsur nitrogen berfungsi untuk membuat daun berwarna hijau segar, mempercepat pertumbuhan vegetatif, juga menambah kandungan protein pada buah. Unsur fosfor diperlukan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar sehingga bisa lebih banyak mengambil unsur hara dari dalam tanah. Selain itu fosfor juga berfungsi menjaga tanaman agar tidak mudah roboh, mempercepat pembentukan bunga, dan menambah ketahanan tanaman dari serangan hama penyakit. Sedangkan kalium antara lain berfungsi untuk memperkuat batang tanaman, membantu proses fotosintesis, dan meningkatkan kualitas buah, serta menambah ketahanan tanaman.
Pupuk yang sering diberikan paa tanaman pisang adalah pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik yang bisa diberikan berupa 1.000 gram ZA/pohon/tahun, dan 500 gram KCl/pohon/tahun. Pupuk anorganik deberikan selang empat kali setahun, yaitu satu bulan setelah tanam dengan dosis ¼ bagian, kemudian diulangi lagi setiap tiga bulan dengan dosis masing-masing ¼ bagian. Pemberian pupuk anorganik dapat dilakukan dengan cara menyebarkan secara merata pada parit berjarak 60-75 cm disekeliling tanaman, setelah itu parit dibumbun. Sedangkan pupuk organik yang bisa diberikan berupa pupuk kandang dengan dosis 2-3 kaleng minyak tanah/rumpun/tahun. Pupuk itu diberikan setiap tahun dimulai pada bulan pertama penanaman dan tiap tiga bulan dengan dosis pemberian masing-masing ¼ bagian.
Pemberian Air
Walaupun perakaran tanaman pisang dangkal dan dekat dengan permukaan tanah, tanaman ini dikenal tahan terhadap kekeringan atau kekurangan air. Hal ini karena perakarannya banyak mengandung air. Namun, kondisi ini sebenarnya bisa membuat tandan pisang bisa terbentuk pendek dan kecil-kecil. Dari kenyataan ini, para ahli kemudian mencoba mangairi tanaman pisang pada waktu musim kemarau dan hasilnya tidak mengecewakan, yakni tandan buahnya tumbuh panjang dan buahnya juga besar-besar. Oleh karena itu, pemberian air pada waktu musim kemarau perlu sekali dilakukan, terutama bila tanaman sedang dalam masa berbunga atau berbuah. Dalam pemberian air, tentunya tetap harus memperhatikan kondisi tanah yang akan diairi. Bila terlihat kering, segera lakukan pengairan. Sebagai patokan, di musim kemarau pemberian air sebaiknya dilakukan minimal sebulan sekali, tujuannya tak lain untuk menjaga kelembapan tanah.
Perlakuan Masa Berbunga
Bunga pisang yang biasa disebut jantung pisang memiliki sosok yang sangat kompak dan kuat. Demikian pula tangkainya yang menjadi tempat bergantung sisir-sisir buah pisang. Daun pelindung bunga atau seludang bagian luar berwarna merah tua sedangkan dibagian dalam akan semakin pucat. Bila jantung sudah muncul, secara bertahap akan mengeluarkan sisir buahnya dan seludangnya pun akan berguguran sesuai dengan keluarnya sisir.
Dalam satu rangkaian bunga, bisa diketahui bunga mana yang akan menjadi buah atau tidak. Rangkaian bunga pada pangkal adalah bunga betina dan akan berkembang menjadi buah, rangkaian bunga pada bagian tengah adalah bunga sempurna yang juga bisa jadi buah, sedangkan rangkaian bunga yang berada dibagian pucuk adalah bunga jantan dan tidak bisa berkembang jadi buah.
Pada suatu titik waktu, sisir buah pisang yang terbentuk akan berhenti muncul, tetapi tangkai jantung akan terus memanjang. Bila panjang tangkai jantung telah mencapai 15-25 cm, pertanda sudah saatnya jantung pisang dipotong karena sudah tidak bisa menghasilkan sisir buah lagi. Pemotongan jantung pisang bisa menambah berat buah sekitar 5 % dibandingkan dengan tidak dipotong.
Setelah pemotongan jantung dilakukan, pemupukan buah dilakukan secara susuan agar buah yang dihasilkan penuh berisi. Caranya adalah sebagai berikut :
A.Buatlah adonan urea dicampur tanah (1 sendok makan urea : 2 kepalan tangan tanah orang dewasa).
B.Campuran urea dan tanah dibasahi air sedikit dan diaduk merata sampai terbentuk seperti adaonan.
C.Adonan kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik dan diikatkan pada tangkai buah yang telah dipotong jantungnya. Dengan cara ini buah yang dihasilkan akan lebih berisi.
Perlakuan Masa Berbuah
Bila ada pisang berbuah tanpa daun, mungkin orang keheranan sehingga menyebutnya sebagai pisang ajaib. Sebenarnya pisang ini bukanlah ajaib, melainkan tanaman pisang yang telah direkayasa sehingga ketika tanaman pisang dipotong, batang semunya masih bisa berbunga dan berbuah.
Rekayasa pisang tanpa daun ini mudah diterapkan, asalkan tanggal penanaman bibit pisang harus dicatat. Untuk menentukan saat tanaman berbunga, tanggal penanaman tersebut kemudian ditambah 8-12 bulan (sesuai jenis pisang). Penjumlahan tanggal tersebut merupakan saat yang tepat untuk memotong batang semu pisang.
Dengan mengetahui kapan persisnya umur tanaman pisang mulai mengeluarkan kuncup bunga, juga dapat diketahui saat pemotongan yang tepat. Tinggi pemotongan juga sebaiknya disesuaikan dengan tinggi dan jenis pisang.
Ketinggian pemotongan batang semu dari permukaan tanah kurang lebih 1-2 meter, tergantung jenisnya. Jenis pisang bertandan buah panjang, pemotongannya dilakukan 2 meter dari permukaan tanah, sedangkan untuk jenis pisang bertandan buah pendek bisa dipotong 1-1,5 meter dari permukaan tanah. Hal ini untuk menjaga agar jangan sampai tandan buah tergeletak di tanah. Bila sampai tergeletak di atas tanah, kemungkinan besar pisang akan menjadi busuk sebelum dipanen.
Masalah dalam pemotongan batang semu ini adalah perkembangan buah terganggu. Hal ini karena daun yang semestinya untuk fotosintesis sudah tidak ada lagi. Karena itu, translokasi makanan dari daun menuju buah sudah tidak ada lagi. Karena itu, translokasi makanan dari daun menuju buah tidak ada, sedangkan yang ada hanyalah translokasi makanan dari organ-organ yang masih berkrolofil dengan jumlah yang sedikit. Hal itu harus diatasi dengan pemberian pupuk urea dibungkus plastik yang diletakkan pada pucuk tandan buah, seperti masa berbunga.
Keuntungan yang didapat bila kita melakukan rekayasa pemotongan batang semu tanaman adalah buah berada di bawah sehingga mudah dipanen. Selain itu, pisang akan berbuah lebih awal. Karena setelah tanaman menginjak umur berbunga, keluarnya kuncup bunga dari batang bawah memerlukan waktu rata-rata 8 cm per hari, sehingga bila ketinggian yang ditempuh hanya 1-2 m, lamanya jantung keluar hanya 12,5-18,75 hari. Oleh karena itu, pemasakan buah akan terjadi lebih awal.
G.PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PISANG
Pengendalian Hama Pisang
Jenis-jenis hama yang umum menyerang tanaman pisang antara lain ulat gulung, uret, kumbang penggerek umbi, nematoda, kepik penggerek batang, ulat buah, kumbang daun pisang, kudis buah pisang, lalat buah pisang, ngengat buah pisang, lalat buah pisang, kutu daun pisang, bekicot, dan codot.
1.Ulat Gulung
Gejala
Daun terpotong-potong karena tergulung. Jika dibiarkan tanaman akan menjadi gundul dan hanya tampak tulang daun saja
Penyebab
Penyebabnya adalah ulat Erionota tharax yang kulit luarnya berwarna hijau muda seperti daun dan biasanya tertutup oleh lapisan tepung berwarna putih.
Pengendalian
Pengendalian hama ini 3 cara, cara pertama dengan mengumpulkan telur, ulat, dan daun yang tergulung di dalam daun, kemudian dilenyapkan. Cara kedua dengan menyobek daun pisang muda agar ulat tidak bisa menggulung daun tersebut. Dan cara ketiga adalah dengan menyemprotkan cairan insektisida beracun kontak maupun beracun perut.
2.Uret
Gejala
Batang tampak berlubang hingga umbi bagian bawah. Gejala ini bisa tampak pada anakan pisang dan bibit yang masih muda.
Penyebab
Penyebabnya adalah hama uret yang sering menyerang daerah berdataran tinggi.
Pengendalian
Mengendalikan hama ini adalah dengan menyelupkan bibit pisang ke dalam larutan insektisida selama 15 menit.
3.Kumbang Penggerek Umbi
Gejala
Umbi dan batang tampak berlubang. Daun menjadi kuning dan layu. Pertumbuhan tanaman terhambat. Buah menjadi kecil-kecil dan tanaman mengerdil, bahkan batang membusuk.
Penyebab
Penyebabnya adalah Cosmopolites sordidus.
Pengendalian
Untuk mencegah serangan hama ini, kebersihan di sekitar tanaman harus tetap terjaga.
4.Nematoda
Gejala
Tanaman menjadi kerdil, akar tampak berbintik-bintik gelap, pusat umbi menjadi gelap warnanya dan membusuk, serta buah menjadi sedikit dan kecil-kecil.
Penyebab
Penyebabnya adalah nematoda Radopholus similis.
Pengendalian
Untuk mencegah nematoda ini adalah dengan mengusahakan kehadiran cacing gelang di sekitar tanaman, cacing ini bisa menghambat perkembangan nematoda.
5.Kepik Penggerek Batang
Gejala
Batang pisang tampak berlubang-lubang sehingga menjadi lemah dan membusuk dan mudah patah bila tertiup angin kencang.
Penyebab
Penyebabnya adalah kepik Odoiporus longicollis. Panjang hama ini bisa mencapai 14 mm. Warnanya hitam dan perisai sayap terlihat beralur-alur dan berwarna agak keabuan.
Pengendalian
Hama ini dapat hidup dan berkembang baik pada tumbukan serasah yang membusuk. Oleh karena itu, lingkungan disekitar tanaman harus selalu terjaga kebersihannya.
6.Ulat Buah
Gejala
Buah yang tua akan memperlihatkan bentuk yang sangat jelek, yakni ditandai dengan adanya noda-noda hita kelabu yang keras.
Penyebab
Penyebabnya adalah ulat buah pisang. Panjangnya sekitar 25 mm. Ulat ini berwarna merah muda dengan kepala berwarna hitam.
Pengendalian
Untuk mencegah serangannya, sebaiknya dibuat adonan berupa campuran piretrum dan bubuk kapur (1:3). Adonan tersebut kemudian ditaburkan pada buah dengan menggunakan alat penghembus. Cara ini diulang setiap 4-6 hari sekali.
7.Kumbang Daun Pisang
Gejala
Tanaman seperti tidak berdaun, tampak hanya pelepahnya saja. Terkadang tanaman tegak berdiri tanpa tangkai daun.
Penyebab
Penyebabnya adalah kumbang Exopholis hypoceuca. Ukuran hama ini sebesar biji salak dengan sayap luar berwarna cokelat agak mengkilap. Bagian tubuhnya tampak seperti dilapisi kapur putih. Ujung perutnya runcing tanpa tertupi sayap luar.
Pengendalian
Cara mengendalikannya adalah dengan memberantasnya dengan cara mengupulkan larva yang ada di dalam tanah dan kemudian membunuhnya.
8.Ngengat Buah Pisang
Gejala
Buah tampak seperti memiliki tato atau kudis sehingga kulit pisang menjadj kasar.
Penyebab
Penyebabnya adalah ngengat Nicoleia octacema. Hama ini menyerang bunga dan buah yang masih muda dan biasanya pada malam hari.
Pengendalian
Upaya pengendalian hama ini adalah dengan cara menyemprotkan insektisida pada jantung pisang yang telah terbuka seludangnya.
9.Lalat Buah Pisang
Gejala
Daun buah mengalami perubahan bentuk atau malformasi dan kemungkinan dapat menyebabkan buah gugur.
Penyebab
Penyebabnya adalah lalat Dacus dorsilis yang bersifat aktif sepanjang tahun dan berpindah-pindah dari tanaman inang yang satu ke tanaman inang yang lain.
Pengendalian
Untuk pengendaliannya yaitu dengan cara memusnahkan buah pisang yang terserang, sedangkan tanah disekitarnya dicangkul agar kepompong yang ada bisa terbunuh oleh cahaya matahari.
10.Kutu Daun Pisang
Gejala
Daun-daun tampak berkerut, kerdil, dan menggulung. Buah menjadi kecil-kecil dan terkadang terpeluntir (disrotsi).
Penyebab
Penyebabnya adalah kutu daun Pentaloria nigranervosa. Ukuran tubuhnya kecil (sekitar 1-2 mm) berwarna cokelat. Pada tubuhnya terdapat sepasang antena panjang.
Pengendalian
Upaya pengendaliannya adalah dengan cara menyemprotkan insektisida sistemik pada tanaman yang terserang.
11.Bekicot
Gejala
Tanaman berubah menjadi kering, layu dan akhirnya mati. Di sekitar tanaman terdapat tanda bekas jejak berwarna keperakan mengkilap.
Penyebab
Penyebabnya adalah bekicot (Achatina fulica) yang menyerang tanaman pada malam hari.
Pengendalian
Upaya pengendaliannya adalah dengan cara mengumpulkan bekicot, kemudian dibunuh.
12.Codot
Gejala
Buah pisang tampak digerogaoti isinya. Hampir seluruh buah yang masak tidak dapat dipanen lagi sehingga produksinya menurun.
Penyebab
Penyebabnya adalah codot (Cynoptems sphinx) yang bentuknya serupa dengan kelelawar, tetapi besarnya hanya segenggaman tangan orang dewasa.
Pengendalian
Codot dibunuh dengan menggunakan senapang angin yang dilakukan pada siang hari ketika hama ini sedang tertidur lelap.
Pengendalian Penyakit Pisang
Penyakit yang sering menyerang antara lain penyakit darah, penyakit sigatoga, penyakit pembuluh jawa, penyakit kerdil, dan penyakit layu fusarium.
1.Penyakit Darah
Gejala
Mulai daun muda ke-3 atau ke-4 akan nampak berubah warna. Pada kondisi ini, tulang daun akan keluar garis-garis cokelat kekuningan menuju kearah tepi daun dan akhirnya menjadi kuning. Dalam waktu yang singkat daun-daun berubah warna menjadi cokelat. Buahnya berwarna kuning cokelat seperti dipanggang dan kemudian membusuk.
Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas celebencis Guam.
Pengendalian
Untuk mencegah penyakit ini diusahakan selalu menggunakan bibit yang sehat. Selain itu, pengairan pun harus terjaga dengan baik dan pemeliharaan tanaman serta pemberian pupuk harus optimal agar tanaman tumbuh subur dan kuat.
2.Penyakit Sigatoga
Gejala
Daun ke-3 dan ke-4 tampak berbintik-bintik kuning atau hijau kecokelatan yang memanjang sejajar dengan tulang daun. Bercak ini lama kelamaan akan berubah menjadi cokelat tua sampai hitam. Pada daun yang lebih tua, pusat bercak menjadi kuning yang akhirnya menjadi kelabu muda dengan tepi cokelat gelap.
Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Cercospora musae Zimmn. atau Mycosphacrella musicola Mul.
Pengendalian
Area penanaman pisang sebaiknya dijaga kebersihannya dengan cara memusnahkan setiap daun kering akibat penyakit ini. Kesuburan tanah diperhatikan dengan pemupukan yang optimal, dan pengairan harus baik. Jumlah anakan yang berlebihan harus dihindari dan selalu dilakukan pengurangan anakan secara teratur. Selain itu penggunaan fungisida sangat dianjurkan.
3.Penyakit Pembuluh Jawa
Gejala
Gejalanya antara lain perkembangan pupus daun sangat lambat, bahkan bisa terhenti. Selain itu, upih daun sebelah luar terbelah membujur dan membuat daun cepat rusak atau patah dan layu. Gejala lain dapat diketahui bila akar dipotong, yakni akan tampak berkas-berkas pembuluh yang mengeluarkan cairan berwarna kemerahan.
Penyebab
Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas musae Gaumann.
Pengendalian
Pengendalian penyakit ini hanya dengan menggunakan fungisida.
4.Penyakit Kerdil
Gejala
Tulang daun sekunder ke-2 dan ke-3 bagian bawah terdapat garis berwarna hijau gelap sempit dan terputus-putus. Garis itu masuk ke tulang induk daun. Pada punggung tulang daun sering terdapat garis hijau tua.
Penyebab
Penyebabnya adalah kutu daun Pentalozia migrovervosa Coq.
Pengendalian
Bibit yang akan digunakan hendaknya jangan diambil dari bibit yang sakit. Jika tanaman yang terserang lebih dari 50 % sebaiknya pertanaman dibongkar dan dimusnahkan saja karena sudah tidak efesien lagi. Penyakit ini dapat dibasmi dengan insektisida sistemik.
5.Penyakit Layu Fusarium Atau Panama
Gejala
Pada pangkal daun akan tampak bintik-bintik atau garis-garis kuning. Tepi bawah daun berwarna kuning tua, cekelat, dan akhirnya mengering. Selanjutnya pelepah daun patah dan batang palsu terkadang terbelah. Jika batang palsu dan bonggol debelah, akan tampak adanya garis-garis cokelat atau hitam.
Penyebab
Penyebabnya adalah Fusarium oxyporum.
Pengendalian
Untuk mencegahnya serangan penyakit ini, hendaknya menggunakan bibit yang sehat dan terhindar dari luka mekanis serta mendapatkan pengairan yang baik. Sedangkan tanaman yang sudah terserang sebaiknya dibongkar dan dimusnahkan. Untuk mengendalikan penyakit ini, dianjurkan untuk menggunakan nematisida.
H.PANEN
Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.
Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.
Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
I.PASCAPANEN
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
J.ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA PISANG
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa Barat pada tahun 1999. 1) Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 sampai ke-4 adalah: 1. Tahun ke-1 Rp. 5.338.000,- 2. Tahun ke-2 Rp. 4.235.000,- 3. Tahun ke-3 Rp. 4.518.000,- 4. Tahun ke-4 Rp. 4.545.300,- 2) Penerimaan tahun ke I sampai IV *) 1. Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan Rp. 6.000.000,- 2. Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,- 3. Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,- 4. Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,- 3) Keuntungan 1. Keuntungan selama 4 tahun penanaman Rp. 23.363.700,- 2. Keuntungan/tahun Rp. 5.840.925,- 4) Parameter kelayakan usaha 1. Output/Input rasio = 2,150 Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp. 7.500,-
Gambaran Peluang Agribisnis
` Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia, Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan.
Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenis pisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia. Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang juga memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang cavendish dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%. Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang mungkin dilakukan.
STANDAR PRODUKSI
Ruang Lingkup
Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.
Diskripsi Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.
Klasifikasi dan Standar Mutu\
a) Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80
b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
c) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
d) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II= 0
e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu II=0
f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulus
g) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
h) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai berikut: a) Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0 b) Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0; Kelas C < 2,5 c) Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5; Kelas C < 2,5
Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang meliputi :
a) Penentuan Keseragaman Kultivar.
Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh buah pisang segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuai dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang yang tidak sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah pisang yang dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yang bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.
b)Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampai pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur yang sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser. Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.
c)Penentuan Tingkat Ketuaan.
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudut lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyata sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.
d)Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari buah secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisik berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan jumalh keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
e)Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang yang ada, pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah, batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotorannya. Berat kotoran per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
a) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 1–5 : contoh semua
b) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 6–100 : contoh : sekurangkurangnya 5 c) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 101–300 : contoh sekurangkurangnya 7 d) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 301–500 : contoh sekurangkurangnya 9 e) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 501–1000 : contoh sekurangkurangnya 10
Pengemasan
Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg. Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang. Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardus dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisang dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton. Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain: a) Produksi Indonesia
b) Nama kultivar pisang
c) Nama perusahaan/ekspotir
d) Berat bersih
e) Berat kotor
f) Identitas pembeli
g) Tanggal panen
h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan.
Biaya per hektar Rp 50.000.000,- tersebut untuk skala minimal 10 hektar. Kalau kebun yang akan dibuka hanya 5 hektar atau malahan hanya 2 hektar, maka biaya per hektarnya akan jatuh lebih tinggi lagi. Sebaliknya apabila kita akan membuka sampai 50 hektar, maka biayanya akan menurun, meskipun angka nominal penurunannya tidak terlalu besar. Hasil pisang 1.500 tandan, dihitung rata-rata 6 sisir per tandan dengan berat per sisir 2,5 kg dan dengan harga rata-rata Rp 1.200,- Hingga pendapatan per tanaman adalah Rp Rp 1.200,- X 2.5 X = Rp 18.000,- Hasil per hektarnya dikalikan 1.500,- menjadi Rp 36.000.000,- Pada tahun II dst. hasil ini akan meningkat menjadi 3 X lipat yakni Rp 108.000.000,- tetapi biaya pupuk dan pestisida juga akan naik menjadi Rp 15.000,- X 1.500 per hektar atau Rp 22.500.000,- Secara ringkas, dengan skala minimal 10 hektar, dengan biaya Rp 500.000.000,- suku bunga 20% dan grace period 1 tahun, maka dalam waktu 4 tahun pinjaman untuk budidaya pisang ini sudah bisa dilunasi. Jadi sebenarnya peluang tersebut masih cukup baik.
K.KESIMPULAN
1.Pisang berasal dari daerah Asia Tenggara, lalu menyebar hampir merata keseluruh dunia. Sementara itu sentra produksi dari pisang adalah di Negara Indonesia.
2.Pisang dapat tumbuh di iklim tropis basah, lembab, dan panas. Angin yang terlalu kencang dapat merusak pertumbuhan pisang. Curah hujan yang optimal 1.520-3.800 mm/tahun. Pisang dapat tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl.
3.Yang perlu diperhatikan dalam budi daya tanaman pisang meliputi :Syarat tumbuh, Pemeliharaan dan penyedian bibit, Pembuatan lubang tanam, Penanaman, Penyiangan dan penggemburan tanah, Pembumbunan dan pemupukan, Pemberian air, Perlakuan masa berbunga, Perlakuan masa berbuah, Pengendalian hama pisang, Pengendalian penyakit pisang.
4.Jenis-jenis hama yang dapat menyerang pisang adalah : Ulat gulung, Uret, Kumbang penggerek umbi, Nematoda, Kepik penggerek batang, Ulat buah, Kumbang daun pisang, Ngengat buah pisang, Lalat buah pisang, Kutu daun pisang, Bekicot, codot.
5.Jenis-jenis penyakit yang dapat menyerang pohon pisang adalah : Penyakit darah, Penyakit sigatoga, Penyakit pembuluh jawa, Penyakit kerdil, Penyakit layu fusarium atau panama.